Sabtu, 22 Oktober 2011

Bidan Diary's

Malam semakin matang, sebentar lagi berkas-berkas subuh mengantar mentari. Aku melirik jam tangan masih pukul 03.00 dini hari. Jujur saja aku memang jarang tidur jika mendapat giliran sift malam. Mataku sulit sekali terpejam, mungkin juga karena keterbatasan tempat untuk merebahkan tubuhku.
 

Sebenarnya malam itu aku tidak sendiri ada seseorang yang menemaniku. Ia terus bercerita tentang kisah cintanya. "Seperti Romeo dan Juliet saja", pikirku. Aku hanya tersenyum membayangkan kisah Romeo dan Juliet yang tidak harus berakhir dengan tragis karena meneguk racun melainkan Romeo dan Juliet yang happy ending. Ia terus berceloteh tanpa henti, sesekali tersipu malu dengan kondisi mata yang sekarat. Ngantuk! Aku hanya sesekali menanggapi dengan "Hmmm.." atau ber "Ooo.." dan jika malas bicara aku hanya menganggukkan kepala tanda merespon setiap bait ceritanya lalu kembali melanjutkan "laporan".

Kadang juga aku berdiri sejenak, merilekskan otot-otot dan syarafku yang mulai kaku karena lelah. Menulis sepanjang malam itu melelahkan ditambah keletihan karena "laporan" itu harus ditulis dengan hasil jerih payah tangan sendiri tanpa bantuan alat canggih seperti laptop dan sejenisnya.


Teman-temanku sudah terkapar. Mungkin sudah ada yang sampai ke pantai. Mengingat mereka membawa sarung khas bali sebagai selimut. Begitulah suasana piknik di Puskesmas.


Tepat pukul 04.00, ada yang mengetuk pintu kamar bersalin. Aku kaget. Temanku yang sedari tadi "bersiul" mendadak diam. Aku membuka pintu dan langsung tersenyum pada "pengunjung" yang baru saja datang. Kali ini kasusnya "Inpartu kala 2", aku bersorak dalam hati "it's time for me". Aku langsung menyambar "alat perang"ku meski aku lupa memakai "tameng". Sudahlah, kan aku tidak perang sungguhan. Set..set..set tidak cukup 5 menit, tercatat lagi bayi yang lahir dengan tanganku. Yah...ku anggap itu bayaran mahal atas begadangku.
 

Dan apakah yang terjadi pada pagi harinya???


Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar