Dhuha telah beranjak
sebentar lagi adzan dhuhur menenggelamkannya. Ada mendung yang
menggantung diatas sana. Aku mengulum senyum berharap hujan. Sudah lama
tak kulihat dan aku rindu sekali dengan butiran-butiran bening dari
langit itu. Hawanya yang menyejukkan dan aroma bau basah. Mengingatkanku
pada kota yang ku tinggalkan. Apa kabar keadaan disana? Bukankah ini
kemarau?
Mendung diatas sana semakin pekat. Hujan...Turunlah! Tak usah hiraukan di bumi sedang musim apa. Tahu kah kau, aku sangat merindukanmu?
Ada sepenggal kisah dari seorang sahabat dari seberang. Semalam ia resah dan membaca tulisannya membuat mataku basah. Entahlah, aku hanya ingin menangis! Aku bisa merasakan kegalauannya dan lagi-lagi aku tak bisa menghentikannya. Semoga ia kuat berada jauh dari orang-orang yang dikasihinya.
"Sahabat sayang, mendung itu tak hanya ada dalam dirimu tapi ada juga dalam hatiku dan kegalauan yang kau hadapi sama dengan kegalauanku. Resah yang pernah dihadapi semua wanita. Kau dan aku harus berjuang keras menghindari keresahan itu. Aku tak mungkin bercerita padamu tentang bagaimana diriku yang demukian rapuh seperti cermin retak yang kehilangan semangat untuk berbenah, jika aku sendiri tak mampu menghilangkan resahmu dan kau juga tak mungkin memintamu membenahi cermin retak itu.
Cintaku...tahu kah kau? Ada satu bagian dalam hatiku yang retak. Ia retak karena keinginanku yang terlalu tinggi yang sampai kapanpun bulan itu tak akan bisa kuraih, sepertinya aku ikhlas melerakan bulan itu untuk siapapun. yah...ikhlas, mengikhlaskan semuanya. Mempertaruhkan keikhlasan yang terenggut semua karena kesalahanku memperlakukan cinta dan hubungan dengan seseorang. Aku terpuruk karena dosa itu. Kini, aku bersusah payah membenahi cermin retak itu. bisakah? semoga.
Sahabat, bukankan masih ada Allah? Dia Maha Tahu bentuk keresahan yang kita hadapi. masih ada cinta untukmu disini. Cepatlah pulang dan aku ingin mendengar kisahmu lagi. Aku menunggumu. Ada namamu dalam setiap doaku.
Hujan turun lagi, Rabbi. aku ingin berbaur dengannya... tapi hari ini aku sedang belajar mengalahkan hawa nafsuku...
aku berusaha!!!
Mendung diatas sana semakin pekat. Hujan...Turunlah! Tak usah hiraukan di bumi sedang musim apa. Tahu kah kau, aku sangat merindukanmu?
Ada sepenggal kisah dari seorang sahabat dari seberang. Semalam ia resah dan membaca tulisannya membuat mataku basah. Entahlah, aku hanya ingin menangis! Aku bisa merasakan kegalauannya dan lagi-lagi aku tak bisa menghentikannya. Semoga ia kuat berada jauh dari orang-orang yang dikasihinya.
"Sahabat sayang, mendung itu tak hanya ada dalam dirimu tapi ada juga dalam hatiku dan kegalauan yang kau hadapi sama dengan kegalauanku. Resah yang pernah dihadapi semua wanita. Kau dan aku harus berjuang keras menghindari keresahan itu. Aku tak mungkin bercerita padamu tentang bagaimana diriku yang demukian rapuh seperti cermin retak yang kehilangan semangat untuk berbenah, jika aku sendiri tak mampu menghilangkan resahmu dan kau juga tak mungkin memintamu membenahi cermin retak itu.
Cintaku...tahu kah kau? Ada satu bagian dalam hatiku yang retak. Ia retak karena keinginanku yang terlalu tinggi yang sampai kapanpun bulan itu tak akan bisa kuraih, sepertinya aku ikhlas melerakan bulan itu untuk siapapun. yah...ikhlas, mengikhlaskan semuanya. Mempertaruhkan keikhlasan yang terenggut semua karena kesalahanku memperlakukan cinta dan hubungan dengan seseorang. Aku terpuruk karena dosa itu. Kini, aku bersusah payah membenahi cermin retak itu. bisakah? semoga.
Sahabat, bukankan masih ada Allah? Dia Maha Tahu bentuk keresahan yang kita hadapi. masih ada cinta untukmu disini. Cepatlah pulang dan aku ingin mendengar kisahmu lagi. Aku menunggumu. Ada namamu dalam setiap doaku.
Hujan turun lagi, Rabbi. aku ingin berbaur dengannya... tapi hari ini aku sedang belajar mengalahkan hawa nafsuku...
aku berusaha!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar